MITIGASI BANJIR
INDONESIA merupakan salah satu negara dengan tingkat kerawanan tinggi
terhadap berbagai ancaman bencana alam dampak cuaca ekstrem. Bencana
alam banjir, tanah longsor, dan terjangan puting beliung memiliki
frekuensi kejadian sangat tinggi di Indonesia. Posisi geografis
Indonesia di daerah tropis terletak di antara dua benua dan dua samudera
menjadikan Indonesia memiliki sistem cuaca dan iklim kontinen maritim
yang khas. Meskipun pola iklim terjadi pergiliran teratur seperti
bergantinya musim hujan dan musim kemarau, jika terjadi gangguan tropis,
sering timbul cuaca ekstrem yang dapat memicu terjadinya bencana alam.
Lebih dari sepekan terakhir, cuaca ekstrem melanda sebagian besar
daerah di Pulau Jawa. Air hujan seolah tumpah dari langit, aliran banjir
pun tak terbendung hingga merendam areal persawahan dan permukiman
penduduk. Sejumlah daerah di Jakarta, Bandung, Semarang, Bojonegoro,
Pasuruan, dan beberapa daerah lain tidak terhindarkan dari datangnya air
bah. Melihat sebarannya, tampak bahwa bencana banjir telah terjadi
dalam skala regional dan berdampak kepada kerugian kehidupan masyarakat
luas.
Cuaca Ekstrem
Menurut kondisi normal, Pulau Jawa
mengalami puncak hujan pada periode Januari-Februari. Karena itu, pada
bulan-bulan ini sering terjadi fenomena cuaca ekstrem yang ditandai
dengan curah hujan berintensitas tinggi dengan durasi yang relatif lama.
Secara fisis, kondisi ini disebabkan posisi semu matahari terletak di
belahan bumi selatan dalam pergerakan menuju khatulistiwa. Situasi ini
menyebabkan perairan Indonesia bagian selatan mengalami pemanasan
intensif, yang dapat memunculkan beberapa pusat tekanan udara rendah.
Pusat tekanan udara rendah merupakan gangguan tropis yang dapat memicu
terjadinya cuaca ekstrem. Bersamaan dengan hadirnya pusat tekanan udara
rendah di perairan Indonesia dan sekitarnya, zona konvergensi terbentuk
sebagai pertemuan massa udara kaya uap air dari belahan bumi utara dan
selatan. Pertemuan massa udara ini kemudian membentuk klaster awan hujan
tebal dengan pola memanjang sebagai pumpun pias antartropis (inter
tropical convergence zone-ITCZ).
Sepekan terakhir, pumpun pias
antartropis ini tampak beberapa kali muncul di atas Pulau Jawa dan
jelas teramati dalam citra satelit cuaca. Pumpun pias antartropis ini
muncul sebagai "tandon air" yang siap jatuh sebagai hujan deras di
hampir seluruh wilayah Pulau Jawa. Inilah biang keladi terjadinya cuaca
ekstrem yang memicu bencana banjir di berbagai kota di Jawa. Bencana
banjir terkait erat dengan tinggi curah hujan dan durasinya.
Selain faktor curah hujan "sesaat", bencana banjir tampaknya juga
terkait dengan perubahan pola curah hujan. Berdasar analisis beberapa
pola curah hujan di Jawa, tampak ada kecenderungan dalam satu dekade
terakhir telah terjadi perubahan pola curah hujan. Periode musim kemarau
berlangsung menjadi lebih lama, sementara periode musim hujan
berlangsung menjadi lebih singkat. Selama periode musim hujan yang
singkat ini, curah hujan cenderung dengan intensitas tinggi. Dampaknya,
dalam beberapa tahun terakhir terjadi peningkatan frekuensi dan
magnitudo bencana banjir dan longsor di berbagai daerah.
Ditinjau dari morfologinya, Pulau Jawa memang daerah rawan banjir,
khususnya sepanjang daerah pantai utara dan dataran rendah lain. Melihat
kenyataan ini, mau tidak mau bencana banjir memang harus dihadapi.
Mengurangi curah hujan adalah tidak mungkin, karena hujan dan banjir
merupakan sistem kesetimbangan alam. Karena itu, yang bisa dilalukan
adalah menyusun strategi mitigasi banjir yang tepat untuk memperkecil
risiko bencana banjir.
Mitigasi Banjir
Bencana banjir yang
sudah menjadi "tamu" rutin tahunan di Pulau Jawa merupakan cermin
buruknya sistem bangunan air dan kurangnya perhatian masyarakat terhadap
kondisi lingkungan hidup. Salah satu usaha mitigasi bencana banjir
dapat dilakukan dengan membangun sistem bangunan air yang baik dan
menjaga lingkungan hidup. Jika sistem bangunan air dibangun setara
dengan kemungkinan ancaman banjir yang mungkin terjadi, mitigasi ini
akan efektif dan banjir dapat dikendalikan dengan baik. Kita dapat
mengetahui besarnya ancaman banjir berdasar analisis data curah hujan
dan kondisi daerah aliran sungai yang ada. Analisis inilah yang menjadi
dasar dari perbaikan sistem bangunan air yang seharusnya dibangun.
Kehadiran banyak waduk di Pulau Jawa sangat penting sebagai solusi
permasalahan bencana banjir yang muncul setiap tahun. Permasalahan
banjir merupakan dampak dari minimnya jumlah waduk. Waduk bukan hanya
menjadi pengendali banjir, tetapi juga memiliki fungsi lain sebagai
sarana memanen hujan untuk mengairi sawah tadah hujan di musim kemarau.
Dengan dibangunnya beberapa waduk baru, berbagai masalah dapat
dipecahkan seperti krisis energi. Sebab, dari waduk dapat dibangun
pembangkit listrik tenaga air.
Waduk juga bermanfaat untuk
mengatasi krisis air minum saat kemarau. Kehadiran waduk juga mampu
memengaruhi pola kehidupan masyarakat. Usaha perikanan dan pariwisata
juga dapat dikembangkan dengan kehadiran sebuah waduk. Keberadaan hutan
yang lestari memiliki fungsi sangat vital untuk menahan curahan air
hujan. Dengan menghijaukan dan melestarikan hutan, ancaman banjir dapat
dikurangi karena perubahan air dapat terkendali dengan baik. Kelestarian
hutan lestari dan keberadaan waduk membuat para petani terhindar dari
kekeringan pada musim kemarau, sedangkan pada saat musim hujan,
masyarakat tidak menderita karena banjir dapat terkendali dengan baik.
Sayang, masyarakat kita kurang memahami arti penting lingkungan hidup.
Keberadaan hutan di Jawa hanya tinggal kenangan. Jika masih tersisa pun
hanya hutan lindung yang luasnya tidak seberapa. Wajar jika setiap turun
hujan, aliran pemukaan cukup besar. Hutan Jawa sudah dibabat habis,
sungai-sungai besar berubah menjadi dangkal. Kondisi lingkungan menjadi
semakin buruk karena lahan sawah dan ladang produktif telah banyak
dikonversi menjadi kawasan permukiman dan industri.
Menurut
laporan World Watch Institute yang berpusat di Washington, buruknya
sistem ekologi suatu negara dapat menghancurkan penduduknya. Hancurnya
beberapa peradaban besar dunia masa lalu ditangarai salah satu
penyebabnya adalah rusaknya sistem ekologi yang ada. Jika kondisi ini
terus berlanjut, sangat mungkin masyarakat kita akan hancur seperti yang
ditengarai oleh World Watch Institute di atas.
|
Banjir
adalah dimana suatu daerah dalam keadaan tergenang oleh air dalam
jumlah yang begitu besar. Sedangkan banjir bandang adalah banjir yang
datang secara tiba-tiba yang disebabkan oleh karena tersumbatnya sungai
maupun karena pengundulan hutan disepanjang sungai sehingga merusak
rumah-rumah penduduk maupun menimbulkan korban jiwa.
Bencana
banjir hampir setiap musim penghujan melanda Indonesia. Berdasarkan
nilai kerugian dan frekuensi kejadian bencana banjir terlihat adanya
peningkatan yang cukup berarti. Kejadian bencana banjir tersebut sangat
dipengaruhi oleh faktor alam berupa curah hujan yang diatas normal dan
adanya pasang naik air laut. Disamping itu faktor ulah manusia juga
berperan penting seperti penggunaan lahan yang tidak tepat (pemukiman di
daerah bantaran sungai, di daerah resapan, penggundulan hutan, dan
sebagainya), pembuangan sampah ke dalam sungai, pembangunan pemukiman di
daerah dataran banjir dan sebagainya.
Kenali Penyebab Banjir
Curah hujan tinggi
Permukaan tanah lebih rendah dibandingkan muka air laut.
Terletak pada suatu cekungan yang dikelilingi perbukitan dengan pengaliran air keiuar sempit.
Banyak pemukiman yang dibangun pada dataran sepanjang sungai.
Aliran sungai tidak lancar akibat banyaknya sampah serta bangunan di pinggir sungai.
Kurangnya tutupan lahan di daerah hulu sungai.
Tindakan Untuk Mengurangi Dampak Banjir
Penataan daerah aliran sungai secara terpadu dan sesuai fungsi lahan.
Pembangunan sistem pemantauan dan peringatan dini pada bagian sungai yang sering menimbulkan banjir.
Tidak membangun rumah dan pemukiman di bantaran sungai serta daerah banjir.
Tidak membuang sampah ke dalam sungai. Mengadakan Program Pengerukan sungai.
Pemasangan pompa untuk daerah yang lebih rendah dari permukaan laut.
- Program penghijauan daerah hulu sungai harus selalu dilaksanakan serta mengurangi aktifitas di bagian sungai rawan banjir.
Yang Harus Dilakukan Sebelum Banjir Di Tingkat Warga
Bersama
aparat terkait dan pengurus RT/RW terdekat bersihkan lingkungan
sekitar Anda, terutama pada saluran air atau selokan dari timbunan
sampah.
Tentukan
lokasi Posko Banjir yang tepat untuk mengungsi lengkap dengan
fasilitas dapur umum dan MCK, berikut pasokan air bersih melalui
koordinasi dengan aparat terkait, bersama pengurus RT/RW di lingkungan
Anda.
Bersama
pengurus RT/RW di lingkungan Anda, segera bentuk tim penanggulangan
banjir di tingkat warga, seperti pengangkatan Penanggung Jawab Posko
Banjir.
Koordinasikan
melalui RT/RW, Dewan Kelurahan setempat, dan LSM untuk pengadaan
tali, tambang, perahu karet dan pelampung guna evakuasi.
- Pastikan
pula peralatan komunikasi telah siap pakai, guna memudahkan mencari
informasi, meminta bantuan atau melakukan konfirmasi.
Di Tingkat Keluarga
Simak informasi terkini melalui TV, radio atau peringatan Tim Warga tentang curah hujan dan posisi air pada pintu air.
Lengkapi
dengan peralatan keselamatan seperti: radio baterai, senter, korek
gas dan lilin, selimut, tikar, jas hujan, ban karet bila ada.
Siapkan
bahan makanan mudah saji seperti mi instan, ikan asin, beras, makanan
bayi, gula, kopi, teh dan persediaan air bersih.
Siapkan obat-obatan darurat seperti: oralit, anti diare, anti influenza.
Amankan
dokumen penting seperti: akte kelahiran, kartu keluarga, buku
tabungan, sertifikat dan benda-benda berharga dari jangkauan air dan
tangan jahil.
Yang Harus Dilakukan Saat Banjir
- Matikan aliran listrik di dalam rumah atau hubungi PLN untuk mematikan aliran listrik di wilayah yang terkena bencana,
- Mengungsi ke daerah aman sedini mungkin saat genangan air masih memungkinkan untuk diseberangi.
- Hindari
berjalan di dekat saluran air untuk menghindari terseret arus banjir.
Segera mengamankan barang-barang berharga ketempat yang lebih tinggi.
- Jika
air terus meninggi hubungi instansi yang terkait dengan
penanggulangan bencana seperti Kantor Kepala Desa, Lurah ataupun
Camat.
Yang Harus Dilakukan Setelah Banjir
Secepatnya
membersihkan rumah, dimana lantai pada umumnya tertutup lumpur dan
gunakan antiseptik untuk membunuh kuman penyakit.
Cari dan siapkan air bersih untuk menghindari terjangkitnya penyakit diare yang sering berjangkit setelah kejadian banjir.
Waspada
terhadap kemungkinan binatang berbisa seperti ular dan lipan, atau
binatang penyebar penyakit seperti tikus, kecoa, lalat, dan nyamuk.
- Usahakan selalu waspada apabila kemungkinan terjadi banjir susulan.
Fakta dari bencana banjir
a.
Wilayah yang sering terkena
banjir
Banjir Jakarta 2007 adalah bencana banjir
yang menghantam Jakarta dan sekitarnya sejak 1 Februari 2007 malam hari. Selain sistem drainase yang buruk, banjir berawal dari hujan
lebat yang berlangsung sejak sore hari tanggal 1 Februari hingga keesokan
harinya tanggal 2 Februari, ditambah banyaknya volume air
13 sungai yang melintasi Jakarta yang berasal dari Bogor-Puncak-Cianjur, dan air laut yang sedang pasang, mengakibatkan
hampir 60% wilayah DKI Jakarta terendam banjir dengan kedalaman mencapai hingga
5 meter di beberapa titik lokasi banjir. Pantauan di 11 pos pengamatan hujan
milik Badan Meteorologi dan
Geofisika (BMG) menunjukkan, hujan yang terjadi pada Jumat, 2
Februari, malam lalu mencapai rata-rata 235 mm, bahkan tertinggi di stasiun
pengamat Pondok Betung mencapai 340 mm. Hujan rata-rata di Jakarta yang
mencapai 235 mm itu sebanding dengan periode ulang hujan 100 tahun dengan
probabilitas kejadiannya 20 persen. Banjir 2007 ini lebih luas dan lebih banyak
memakan korban manusia dibandingkan bencana serupa yang melanda pada tahun 2002
dan 1996. Sedikitnya 80 orang dinyatakan tewas selama 10 hari
karena terseret arus, tersengat listrik, atau sakit. Kerugian material akibat
matinya perputaran bisnis mencapai triliunan rupiah, diperkirakan 4,3 triliun
rupiah. Warga yang mengungsi mencapai 320.000 orang hingga 7 Februari 2007
B. jumlah korban bencana banjir di Bandu
Banjir Jakarta 2007 adalah bencana banjir
yang menghantam Jakarta dan sekitarnya sejak 1 Februari 2007 malam hari. Selain sistem drainase yang buruk, banjir berawal dari hujan
lebat yang berlangsung sejak sore hari tanggal 1 Februari hingga keesokan
harinya tanggal 2 Februari, ditambah banyaknya volume air
13 sungai yang melintasi Jakarta yang berasal dari Bogor-Puncak-Cianjur, dan air laut yang sedang pasang, mengakibatkan
hampir 60% wilayah DKI Jakarta terendam banjir dengan kedalaman mencapai hingga
5 meter di beberapa titik lokasi banjir. Pantauan di 11 pos pengamatan hujan
milik Badan Meteorologi dan
Geofisika (BMG) menunjukkan, hujan yang terjadi pada Jumat, 2
Februari, malam lalu mencapai rata-rata 235 mm, bahkan tertinggi di stasiun
pengamat Pondok Betung mencapai 340 mm. Hujan rata-rata di Jakarta yang
mencapai 235 mm itu sebanding dengan periode ulang hujan 100 tahun dengan
probabilitas kejadiannya 20 persen. Banjir 2007 ini lebih luas dan lebih banyak
memakan korban manusia dibandingkan bencana serupa yang melanda pada tahun 2002
dan 1996. Sedikitnya 80 orang dinyatakan tewas selama 10 hari
karena terseret arus, tersengat listrik, atau sakit. Kerugian material akibat
matinya perputaran bisnis mencapai triliunan rupiah, diperkirakan 4,3 triliun
rupiah. Warga yang mengungsi mencapai 320.000 orang hingga 7 Februari 2007
B. jumlah korban bencana banjir di Bandung
BANDUNG - Jumlah pengungsi korban
banjir di dua kelurahan Kecamatan Baleendah, Kabupaten Bandung mencapai 1.000
jiwa.
Dari data yang dihimpun okezone di Kantor Kecamatan Baleendah, Minggu (31/1/2010),
jumlah pengungsi sebanyak 933 jiwa.
Para pengungsi tersebar di empat titik yaitu Kantor DPC PDIP Kabupaten Bandung,
Aula Kantor Kecamatan Baleendah, GOR Baleendah, serta tenda di RW28 Kelurahan
Baleendah. Sebagian lainnya menyebar di masjid-masjid Kelurahan Andir.
Jumlah pengungsi di DPC PDIP Kabupaten Bandung sebanyak 367 jiwa dari 95 kepala
keluarga (KK). Sementara di Aula Kecamatan Baleendah pengungsi sebanyak 50 jiwa
dari 12 KK.
Sedangkan di tenda darurat RW28, jumlah pengungsi sebanyak 50 jiwa dari 15 KK.
Pengungsi terbanyak, tersebar di masjid-masjid Kelurahan Andir dengan jumlah
443 jiwa dari 142 KK.
Dari data yang tercatat, bantuan bagi korban banjir sudah berdatangan. Bantuan
berupa satu ton beras dari Dinas Sosial Pemprov Jabar, 20 dus mi instan, 26 dus
air mineral, tujuh dus biskuit, 50 set makanan bayi, 50 tikar, 60 lembar
selimut, dan kelambu dari Dinsos Kabupaten Bandung.
“Sementara bantuan yang sudah datang seperti yang
tercatat di kantor kecamatan. Kita terus standby memantau di lapangan terkait
bencana banjir ini,” kata Camat Baleendah Usman
Sayogi kepada okezone, Minggu (31/1/2010).
Menurut Usman, rombongan Bupati Bandung Obar Sobarna juga berencana melihat
lokasi banjir pada siang ini. Namun, Usman tidak bisa memastikan kapan rombongan
tersebut tiba.
“Ada rencana, bupati mau mengunjungi lokasi banjir hari
ini. Tapi kalau waktu persisnya, saya kurang tahu,” kata Usman.
Hingga saat ini, banjir di dua Kelurahan Baleendah dan Andir tersebut belum
surut. Sementara cuaca di wilayah Kabupaten Bandung mulai mendung.
|