Selasa, 29 November 2011

mitigasi bencana alam banjir ,

MITIGASI BANJIR

INDONESIA merupakan salah satu negara dengan tingkat kerawanan tinggi terhadap berbagai ancaman bencana alam dampak cuaca ekstrem. Bencana alam banjir, tanah longsor, dan terjangan puting beliung memiliki frekuensi kejadian sangat tinggi di Indonesia. Posisi geografis Indonesia di daerah tropis terletak di antara dua benua dan dua samudera menjadikan Indonesia memiliki sistem cuaca dan iklim kontinen maritim yang khas. Meskipun pola iklim terjadi pergiliran teratur seperti bergantinya musim hujan dan musim kemarau, jika terjadi gangguan tropis, sering timbul cuaca ekstrem yang dapat memicu terjadinya bencana alam.
      Lebih dari sepekan terakhir, cuaca ekstrem melanda sebagian besar daerah di Pulau Jawa. Air hujan seolah tumpah dari langit, aliran banjir pun tak terbendung hingga merendam areal persawahan dan permukiman penduduk. Sejumlah daerah di Jakarta, Bandung, Semarang, Bojonegoro, Pasuruan, dan beberapa daerah lain tidak terhindarkan dari datangnya air bah. Melihat sebarannya, tampak bahwa bencana banjir telah terjadi dalam skala regional dan berdampak kepada kerugian kehidupan masyarakat luas.
Cuaca Ekstrem
      Menurut kondisi normal, Pulau Jawa mengalami puncak hujan pada periode Januari-Februari. Karena itu, pada bulan-bulan ini sering terjadi fenomena cuaca ekstrem yang ditandai dengan curah hujan berintensitas tinggi dengan durasi yang relatif lama. Secara fisis, kondisi ini disebabkan posisi semu matahari terletak di belahan bumi selatan dalam pergerakan menuju khatulistiwa. Situasi ini menyebabkan perairan Indonesia bagian selatan mengalami pemanasan intensif, yang dapat memunculkan beberapa pusat tekanan udara rendah.
      Pusat tekanan udara rendah merupakan gangguan tropis yang dapat memicu terjadinya cuaca ekstrem. Bersamaan dengan hadirnya pusat tekanan udara rendah di perairan Indonesia dan sekitarnya, zona konvergensi terbentuk sebagai pertemuan massa udara kaya uap air dari belahan bumi utara dan selatan. Pertemuan massa udara ini kemudian membentuk klaster awan hujan tebal dengan pola memanjang sebagai pumpun pias antartropis (inter tropical convergence zone-ITCZ).
      Sepekan terakhir, pumpun pias antartropis ini tampak beberapa kali muncul di atas Pulau Jawa dan jelas teramati dalam citra satelit cuaca. Pumpun pias antartropis ini muncul sebagai "tandon air" yang siap jatuh sebagai hujan deras di hampir seluruh wilayah Pulau Jawa. Inilah biang keladi terjadinya cuaca ekstrem yang memicu bencana banjir di berbagai kota di Jawa. Bencana banjir terkait erat dengan tinggi curah hujan dan durasinya.
      Selain faktor curah hujan "sesaat", bencana banjir tampaknya juga terkait dengan perubahan pola curah hujan. Berdasar analisis beberapa pola curah hujan di Jawa, tampak ada kecenderungan dalam satu dekade terakhir telah terjadi perubahan pola curah hujan. Periode musim kemarau berlangsung menjadi lebih lama, sementara periode musim hujan berlangsung menjadi lebih singkat. Selama periode musim hujan yang singkat ini, curah hujan cenderung dengan intensitas tinggi. Dampaknya, dalam beberapa tahun terakhir terjadi peningkatan frekuensi dan magnitudo bencana banjir dan longsor di berbagai daerah.
      Ditinjau dari morfologinya, Pulau Jawa memang daerah rawan banjir, khususnya sepanjang daerah pantai utara dan dataran rendah lain. Melihat kenyataan ini, mau tidak mau bencana banjir memang harus dihadapi. Mengurangi curah hujan adalah tidak mungkin, karena hujan dan banjir merupakan sistem kesetimbangan alam. Karena itu, yang bisa dilalukan adalah menyusun strategi mitigasi banjir yang tepat untuk memperkecil risiko bencana banjir.
Mitigasi Banjir
      Bencana banjir yang sudah menjadi "tamu" rutin tahunan di Pulau Jawa merupakan cermin buruknya sistem bangunan air dan kurangnya perhatian masyarakat terhadap kondisi lingkungan hidup. Salah satu usaha mitigasi bencana banjir dapat dilakukan dengan membangun sistem bangunan air yang baik dan menjaga lingkungan hidup. Jika sistem bangunan air dibangun setara dengan kemungkinan ancaman banjir yang mungkin terjadi, mitigasi ini akan efektif dan banjir dapat dikendalikan dengan baik. Kita dapat mengetahui besarnya ancaman banjir berdasar analisis data curah hujan dan kondisi daerah aliran sungai yang ada. Analisis inilah yang menjadi dasar dari perbaikan sistem bangunan air yang seharusnya dibangun.
      Kehadiran banyak waduk di Pulau Jawa sangat penting sebagai solusi permasalahan bencana banjir yang muncul setiap tahun. Permasalahan banjir merupakan dampak dari minimnya jumlah waduk. Waduk bukan hanya menjadi pengendali banjir, tetapi juga memiliki fungsi lain sebagai sarana memanen hujan untuk mengairi sawah tadah hujan di musim kemarau. Dengan dibangunnya beberapa waduk baru, berbagai masalah dapat dipecahkan seperti krisis energi. Sebab, dari waduk dapat dibangun pembangkit listrik tenaga air.
      Waduk juga bermanfaat untuk mengatasi krisis air minum saat kemarau. Kehadiran waduk juga mampu memengaruhi pola kehidupan masyarakat. Usaha perikanan dan pariwisata juga dapat dikembangkan dengan kehadiran sebuah waduk. Keberadaan hutan yang lestari memiliki fungsi sangat vital untuk menahan curahan air hujan. Dengan menghijaukan dan melestarikan hutan, ancaman banjir dapat dikurangi karena perubahan air dapat terkendali dengan baik. Kelestarian hutan lestari dan keberadaan waduk membuat para petani terhindar dari kekeringan pada musim kemarau, sedangkan pada saat musim hujan, masyarakat tidak menderita karena banjir dapat terkendali dengan baik.
      Sayang, masyarakat kita kurang memahami arti penting lingkungan hidup. Keberadaan hutan di Jawa hanya tinggal kenangan. Jika masih tersisa pun hanya hutan lindung yang luasnya tidak seberapa. Wajar jika setiap turun hujan, aliran pemukaan cukup besar. Hutan Jawa sudah dibabat habis, sungai-sungai besar berubah menjadi dangkal. Kondisi lingkungan menjadi semakin buruk karena lahan sawah dan ladang produktif telah banyak dikonversi menjadi kawasan permukiman dan industri.
      Menurut laporan World Watch Institute yang berpusat di Washington, buruknya sistem ekologi suatu negara dapat menghancurkan penduduknya. Hancurnya beberapa peradaban besar dunia masa lalu ditangarai salah satu penyebabnya adalah rusaknya sistem ekologi yang ada. Jika kondisi ini terus berlanjut, sangat mungkin masyarakat kita akan hancur seperti yang ditengarai oleh World Watch Institute di atas.

Artikel: Banjir



Banjir adalah dimana suatu daerah dalam keadaan tergenang oleh air dalam jumlah yang begitu besar. Sedangkan banjir bandang adalah banjir yang datang secara tiba-tiba yang disebabkan oleh karena tersumbatnya sungai maupun karena pengundulan hutan disepanjang sungai sehingga merusak rumah-rumah penduduk maupun menimbulkan korban jiwa.
Bencana banjir hampir setiap musim penghujan melanda Indonesia. Berdasarkan nilai kerugian dan frekuensi kejadian bencana banjir terlihat adanya peningkatan yang cukup berarti. Kejadian bencana banjir tersebut sangat dipengaruhi oleh faktor alam berupa curah hujan yang diatas normal dan adanya pasang naik air laut. Disamping itu faktor ulah manusia juga berperan penting seperti penggunaan lahan yang tidak tepat (pemukiman di daerah bantaran sungai, di daerah resapan, penggundulan hutan, dan sebagainya), pembuangan sampah ke dalam sungai, pembangunan pemukiman di daerah dataran banjir dan sebagainya.
Kenali Penyebab Banjir
  • Curah hujan tinggi
  • Permukaan tanah lebih rendah dibandingkan muka air laut.
  • Terletak pada suatu cekungan yang dikelilingi perbukitan dengan pengaliran air keiuar sempit.
  • Banyak  pemukiman yang dibangun pada dataran sepanjang sungai.
  • Aliran sungai tidak lancar akibat banyaknya sampah serta bangunan di pinggir sungai.
  • Kurangnya tutupan lahan di daerah hulu sungai.  
Tindakan Untuk Mengurangi Dampak Banjir   
  • Penataan daerah aliran sungai secara terpadu dan sesuai fungsi lahan.
  • Pembangunan sistem pemantauan dan peringatan dini pada bagian sungai yang sering menimbulkan banjir.
  • Tidak membangun rumah dan pemukiman di bantaran sungai serta daerah banjir.
  • Tidak membuang sampah ke dalam sungai. Mengadakan Program Pengerukan sungai.
  • Pemasangan pompa untuk daerah yang lebih rendah dari permukaan laut.
  • Program penghijauan daerah hulu sungai harus selalu dilaksanakan serta mengurangi aktifitas di bagian sungai rawan banjir.


Yang Harus Dilakukan Sebelum Banjir
Di Tingkat Warga
  • Bersama aparat terkait dan pengurus RT/RW terdekat bersihkan lingkungan sekitar Anda, terutama pada saluran air atau selokan dari timbunan sampah.
  • Tentukan lokasi Posko Banjir yang tepat untuk mengungsi lengkap dengan fasilitas dapur umum dan MCK, berikut pasokan air bersih melalui koordinasi dengan aparat terkait, bersama pengurus RT/RW di lingkungan Anda.
  • Bersama pengurus RT/RW di lingkungan Anda, segera bentuk tim penanggulangan banjir di tingkat warga, seperti pengangkatan Penanggung Jawab Posko Banjir.
  • Koordinasikan melalui RT/RW, Dewan Kelurahan setempat, dan LSM untuk pengadaan tali, tambang, perahu karet dan pelampung guna evakuasi.
  • Pastikan pula peralatan komunikasi telah siap pakai, guna memudahkan mencari informasi, meminta bantuan atau melakukan konfirmasi.
Di Tingkat Keluarga
 
  • Simak informasi terkini melalui TV, radio atau peringatan Tim Warga tentang curah hujan dan posisi air pada pintu air.
  • Lengkapi dengan peralatan keselamatan seperti: radio baterai, senter, korek gas dan lilin, selimut, tikar, jas hujan, ban karet bila ada.
  • Siapkan bahan makanan mudah saji seperti mi instan, ikan asin, beras, makanan bayi, gula, kopi, teh dan persediaan air bersih.
  • Siapkan obat-obatan darurat seperti: oralit, anti diare, anti influenza.
  • Amankan dokumen penting seperti: akte kelahiran, kartu keluarga, buku tabungan, sertifikat dan benda-benda berharga dari jangkauan air dan tangan jahil.


Yang Harus Dilakukan Saat Banjir
  • Matikan aliran listrik di dalam rumah atau hubungi PLN untuk mematikan aliran listrik di wilayah yang terkena bencana,
  • Mengungsi ke daerah aman sedini mungkin saat genangan air masih memungkinkan untuk diseberangi.
  • Hindari berjalan di dekat saluran air untuk menghindari terseret arus banjir. Segera mengamankan barang-barang berharga ketempat yang  lebih tinggi.
  • Jika air terus meninggi hubungi instansi yang  terkait dengan penanggulangan bencana  seperti Kantor Kepala Desa, Lurah ataupun Camat.
Yang Harus Dilakukan Setelah Banjir
  • Secepatnya membersihkan rumah, dimana lantai pada umumnya tertutup lumpur dan gunakan antiseptik untuk membunuh kuman penyakit.
  • Cari dan siapkan air bersih untuk menghindari terjangkitnya penyakit diare yang sering berjangkit setelah kejadian banjir. 
  • Waspada terhadap kemungkinan binatang berbisa seperti ular dan lipan, atau binatang penyebar penyakit seperti tikus, kecoa, lalat, dan nyamuk. 
  • Usahakan selalu waspada apabila kemungkinan terjadi banjir susulan. 

     
    Fakta dari bencana banjir


    a.   Wilayah yang sering terkena banjir


    Banjir Jakarta 2007 adalah bencana banjir yang menghantam Jakarta dan sekitarnya sejak 1 Februari 2007 malam hari. Selain sistem drainase yang buruk, banjir berawal dari hujan lebat yang berlangsung sejak sore hari tanggal 1 Februari hingga keesokan harinya tanggal 2 Februari, ditambah banyaknya volume air 13 sungai yang melintasi Jakarta yang berasal dari Bogor-Puncak-Cianjur, dan air laut yang sedang pasang, mengakibatkan hampir 60% wilayah DKI Jakarta terendam banjir dengan kedalaman mencapai hingga 5 meter di beberapa titik lokasi banjir. Pantauan di 11 pos pengamatan hujan milik Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) menunjukkan, hujan yang terjadi pada Jumat, 2 Februari, malam lalu mencapai rata-rata 235 mm, bahkan tertinggi di stasiun pengamat Pondok Betung mencapai 340 mm. Hujan rata-rata di Jakarta yang mencapai 235 mm itu sebanding dengan periode ulang hujan 100 tahun dengan probabilitas kejadiannya 20 persen. Banjir 2007 ini lebih luas dan lebih banyak memakan korban manusia dibandingkan bencana serupa yang melanda pada tahun 2002 dan 1996. Sedikitnya 80 orang dinyatakan tewas selama 10 hari karena terseret arus, tersengat listrik, atau sakit. Kerugian material akibat matinya perputaran bisnis mencapai triliunan rupiah, diperkirakan 4,3 triliun rupiah. Warga yang mengungsi mencapai 320.000 orang hingga 7 Februari 2007
                B. jumlah korban bencana banjir di Bandu
    Banjir Jakarta 2007 adalah bencana banjir yang menghantam Jakarta dan sekitarnya sejak 1 Februari 2007 malam hari. Selain sistem drainase yang buruk, banjir berawal dari hujan lebat yang berlangsung sejak sore hari tanggal 1 Februari hingga keesokan harinya tanggal 2 Februari, ditambah banyaknya volume air 13 sungai yang melintasi Jakarta yang berasal dari Bogor-Puncak-Cianjur, dan air laut yang sedang pasang, mengakibatkan hampir 60% wilayah DKI Jakarta terendam banjir dengan kedalaman mencapai hingga 5 meter di beberapa titik lokasi banjir. Pantauan di 11 pos pengamatan hujan milik Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) menunjukkan, hujan yang terjadi pada Jumat, 2 Februari, malam lalu mencapai rata-rata 235 mm, bahkan tertinggi di stasiun pengamat Pondok Betung mencapai 340 mm. Hujan rata-rata di Jakarta yang mencapai 235 mm itu sebanding dengan periode ulang hujan 100 tahun dengan probabilitas kejadiannya 20 persen. Banjir 2007 ini lebih luas dan lebih banyak memakan korban manusia dibandingkan bencana serupa yang melanda pada tahun 2002 dan 1996. Sedikitnya 80 orang dinyatakan tewas selama 10 hari karena terseret arus, tersengat listrik, atau sakit. Kerugian material akibat matinya perputaran bisnis mencapai triliunan rupiah, diperkirakan 4,3 triliun rupiah. Warga yang mengungsi mencapai 320.000 orang hingga 7 Februari 2007
                B. jumlah korban bencana banjir di Bandung


              
    BANDUNG - Jumlah pengungsi korban banjir di dua kelurahan Kecamatan Baleendah, Kabupaten Bandung mencapai 1.000 jiwa.

    Dari data yang dihimpun okezone di Kantor Kecamatan Baleendah, Minggu (31/1/2010), jumlah pengungsi sebanyak 933 jiwa.

    Para pengungsi tersebar di empat titik yaitu Kantor DPC PDIP Kabupaten Bandung, Aula Kantor Kecamatan Baleendah, GOR Baleendah, serta tenda di RW28 Kelurahan Baleendah. Sebagian lainnya menyebar di masjid-masjid Kelurahan Andir.

    Jumlah pengungsi di DPC PDIP Kabupaten Bandung sebanyak 367 jiwa dari 95 kepala keluarga (KK). Sementara di Aula Kecamatan Baleendah pengungsi sebanyak 50 jiwa dari 12 KK.

    Sedangkan di tenda darurat RW28, jumlah pengungsi sebanyak 50 jiwa dari 15 KK. Pengungsi terbanyak, tersebar di masjid-masjid Kelurahan Andir dengan jumlah 443 jiwa dari 142 KK.

    Dari data yang tercatat, bantuan bagi korban banjir sudah berdatangan. Bantuan berupa satu ton beras dari Dinas Sosial Pemprov Jabar, 20 dus mi instan, 26 dus air mineral, tujuh dus biskuit, 50 set makanan bayi, 50 tikar, 60 lembar selimut, dan kelambu dari Dinsos Kabupaten Bandung.

    Sementara bantuan yang sudah datang seperti yang tercatat di kantor kecamatan. Kita terus standby memantau di lapangan terkait bencana banjir ini, kata Camat Baleendah Usman Sayogi kepada okezone, Minggu (31/1/2010).

    Menurut Usman, rombongan Bupati Bandung Obar Sobarna juga berencana melihat lokasi banjir pada siang ini. Namun, Usman tidak bisa memastikan kapan rombongan tersebut tiba.

    Ada rencana, bupati mau mengunjungi lokasi banjir hari ini. Tapi kalau waktu persisnya, saya kurang tahu, kata Usman.

    Hingga saat ini, banjir di dua Kelurahan Baleendah dan Andir tersebut belum surut. Sementara cuaca di wilayah Kabupaten Bandung mulai mendung.